Bumi dan Dua Bulan: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
5 mins read

Bumi dan Dua Bulan: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Bumi dan Dua Bulan – Pernahkah Anda membayangkan Bumi memiliki dua bulan? Meskipun terdengar seperti cerita dari film fiksi ilmiah, hal ini ternyata bukan sekadar imajinasi. Saat ini, Bumi dikatakan sedang memiliki dua bulan.

Pernyataan ini memicu pertanyaan besar: bagaimana bisa Bumi memiliki dua bulan? Mengutip Earth.com pada Senin (7/10/2024), pernyataan ini muncul setelah para astronom berhasil mendeteksi sebuah asteroid kecil yang diberi nama 2024 PT5. Asteroid ini berperilaku seperti bulan sementara, mengorbit Bumi untuk sementara waktu, sehingga disebut sebagai “bulan kedua.”

Bulan Mini: Asteroid yang Menjadi Bulan Kedua Bumi

Asteroid 2024 PT5 ini kemudian dikenal sebagai “Bulan kedua” atau “Bulan mini.” Fenomena ini terjadi ketika sebuah asteroid kecil terperangkap oleh gravitasi Bumi dan berfungsi sebagai satelit sementara. Asteroid tersebut, yang berukuran jauh lebih kecil daripada Bulan asli kita, mengorbit Bumi dalam jangka waktu tertentu sebelum akhirnya melanjutkan perjalanannya ke luar angkasa.

Bulan mini ini bukanlah fenomena permanen, tetapi hanya bertahan untuk beberapa waktu hingga pengaruh gravitasi Bumi melemah. Fenomena ini memberi kita gambaran menarik tentang dinamika objek luar angkasa yang bisa menjadi bagian dari sistem orbit Bumi, meski hanya sementara.

Asteroid yang Jadi “Bulan Mini” dan Orbit Sementara di Bumi

Biasanya, asteroid seperti 2024 PT5 mengorbit Matahari, sama seperti asteroid lainnya. Namun, ketika lokasinya cukup dekat, tarikan gravitasi Bumi bisa menarik mereka ke dalam orbit Bumi untuk sementara waktu. Durasi kunjungan asteroid ini biasanya singkat, hanya berlangsung beberapa minggu atau bulan sebelum terlepas kembali dan melanjutkan orbitnya mengelilingi Matahari.

Fenomena ini sebenarnya cukup sering terjadi, tetapi sebelumnya sulit dideteksi karena asteroid-asteroid ini sangat kecil. Kini, berkat kemajuan teknologi pencitraan, keberadaan asteroid semacam ini bisa lebih mudah dilacak. Menurut astronom dari MIT, Richard Binzel, dengan teknologi yang ada sekarang, kita seolah-olah memiliki dua satelit yang mengorbit Bumi.

Berdasarkan data NASA, asteroid 2024 PT5 mulai mengorbit Bumi sejak 29 September 2024 dan akan mengakhiri orbitnya pada 25 November 2024, sebelum kembali ke jalur orbit aslinya mengelilingi Matahari.

Asal Usul 2024 PT5, Bulan Mini dari Sabuk Asteroid Arjuna

Asteroid 2024 PT5, yang kini dijuluki sebagai “Bulan kedua” Bumi, berasal dari sabuk asteroid Arjuna. Kelompok asteroid ini mengorbit Matahari dengan jarak yang hampir sama dengan Bumi, sekitar 150 juta kilometer. Beberapa objek dari sabuk Arjuna bahkan bisa mendekati Bumi hingga jarak 4,5 juta kilometer dengan kecepatan relatif rendah, di bawah 3.500 km/jam.

Meskipun 2024 PT5 disebut sebagai Bulan kedua, ukurannya yang sangat kecil dan cahayanya yang redup membuatnya mustahil dilihat dengan mata telanjang atau bahkan teropong amatir. Untuk mengamati asteroid ini, diperlukan teleskop profesional. Sebagai perbandingan, Bulan memiliki diameter sekitar 3.474 km, sedangkan 2024 PT5 diperkirakan hanya berukuran 11 meter—artinya, Bulan 300.000 kali lebih besar daripada asteroid mini ini.

Kosmonaut Rusia Pulang ke Bumi, Cetak Rekor 1.111 Hari di Luar Angkasa

Kosmonaut asal Rusia, Oleg Kononenko, akhirnya kembali ke Bumi pada 23 September 2024 setelah memecahkan rekor sebagai manusia terlama yang tinggal di luar angkasa. Kosmonaut berusia 60 tahun ini menghabiskan 374 hari berturut-turut di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang menggenapkan total hari yang dihabiskannya di luar angkasa menjadi 1.111 hari sepanjang karirnya.

Menurut laporan Live Science pada Selasa (1/10/2024), Kononenko berhasil melampaui rekor sebelumnya yang dipegang oleh Gennady Padalka, seorang kosmonaut yang tinggal di luar angkasa selama 878 hari total. Selain itu, Kononenko juga memecahkan rekor sebagai manusia terlama yang tinggal di ISS, mengalahkan Frank Rubio yang sebelumnya mencatatkan 371 hari di stasiun luar angkasa tersebut.

Sejak 2008, Kononenko telah terbang ke ISS dalam lima misi berbeda. Pada Oktober 2023, dia terlibat dalam perjalanan luar angkasa selama hampir 7 jam untuk memperbaiki panel surya yang salah dipasang pada sistem radar, dan menemukan sumber kebocoran radiator di modul laboratorium.

Selama misinya di luar angkasa, Kononenko telah melakukan sekitar 17.800 perjalanan mengelilingi orbit Bumi, dan menghabiskan lebih dari 44 jam dalam 7 aksi spacewalk. Bersama Nikolai Chub dan astronot Tracy Caldwell Dyson, Kononenko kembali ke Bumi dengan pesawat Soyuz MS-25, mendarat dengan selamat di padang rumput Kazakhstan setelah 3,5 jam perjalanan dari ISS.

Rekor Valeri Polyakov yang Masih Bertahan

Meskipun Oleg Kononenko berhasil memecahkan banyak rekor dalam kariernya, ada satu rekor yang masih belum berhasil ia lampaui, yaitu rekor Valeri Polyakov. Pada tahun 1994 hingga 1995, Polyakov menetapkan rekor sebagai manusia terlama yang tinggal di luar angkasa selama 437 hari berturut-turut. Kononenko, yang tinggal di luar angkasa selama 374 hari dalam satu misi, masih tertinggal 63 hari dari pencapaian Polyakov.

Selama Kononenko berada di ISS, sebanyak 14 wahana antariksa yang berbeda tiba di stasiun luar angkasa tersebut. Salah satunya adalah roket Starliner milik Boeing yang kembali ke Bumi tanpa awak setelah mengalami kebocoran helium, yang menyebabkan astronaut NASA Butch Wilmore dan Suni Williams terdampar di luar angkasa.

Hingga saat ini, belum ada kepastian apakah Kononenko akan kembali terbang ke luar angkasa. Meski belum memutuskan untuk pensiun, ia mengakui bahwa persiapan untuk misi luar angkasa semakin rumit dan menantang seiring waktu.

Jika Kononenko memutuskan untuk pensiun, rekornya kemungkinan akan bertahan lama. Mengingat Rusia berencana menarik diri dari ISS pada tahun 2025, serta penutupan ISS yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2030, astronot lain mungkin kesulitan untuk melampaui rekor tersebut. Di masa mendatang, kosmonaut mungkin akan mengunjungi Stasiun Luar Angkasa Tiangong milik China, atau terlibat dalam misi bersama untuk membangun pangkalan di bulan pada tahun 2035.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *