Binance di Bawah: Kripto yang Bangkrut Menagih Rp 28 Triliun
5 mins read

Binance di Bawah: Kripto yang Bangkrut Menagih Rp 28 Triliun

Binance di Bawah – Dalam episode terbaru dari drama yang terus berkembang di industri kripto, Changpeng Zhao—lebih dikenal sebagai CZ—dan platform pertukaran kripto yang ia dirikan, Binance, menghadapi tuntutan hukum besar-besaran. FTX, bursa kripto yang pernah jaya sebelum mengalami kebangkrutan spektakuler, telah mengajukan gugatan senilai US$1,76 miliar atau sekitar Rp 27,7 triliun terhadap Binance dan CZ, atas dugaan kecurangan yang berhubungan dengan transaksi saham.

Pusat dari tuntutan ini adalah sebuah transaksi yang terjadi pada Juli 2021, di mana Binance menjual kembali saham mereka di FTX kepada FTX itu sendiri. Transaksi buyback ini didanai oleh Alameda Research, sebuah badan pengelola investasi yang juga dikendalikan oleh Sam Bankman-Fried, pendiri FTX. Menariknya, gugatan yang diajukan oleh FTX mengklaim bahwa Alameda Research, pada waktu transaksi, sebenarnya tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli kembali saham tersebut dari Binance.

Gugatan tersebut mengangkat pertanyaan serius tentang keabsahan dan etika transaksi buyback saham tersebut, menunjukkan bahwa seharusnya transaksi ini tidak diperbolehkan untuk dilanjutkan mengingat kondisi keuangan Alameda Research yang tidak memadai. FTX menuduh bahwa Binance dan CZ secara tidak adil memanfaatkan situasi tersebut, yang berpotensi merugikan FTX dan para pemegang sahamnya.

Kasus ini menambah daftar panjang kontroversi dalam industri kripto yang sudah terlalu sering terjadi. Dengan jumlah yang sangat besar, tuntutan hukum ini tidak hanya berpotensi merugikan reputasi Binance dan CZ tetapi juga dapat membawa konsekuensi jangka panjang bagi kepercayaan investor dan regulasi pasar kripto secara global.

Pengadilan yang akan mendengar kasus ini diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang dinamika internal yang mungkin tidak diketahui oleh publik dan investor. Keputusan yang akan datang tidak diragukan lagi akan ditunggu-tunggu, karena hasil dari kasus ini dapat memberikan preseden penting untuk bagaimana transaksi serupa ditangani di masa depan dalam industri yang masih sangat muda dan seringkali tidak teratur ini.

Kontroversi Binance Memuncak: Tuduhan Kecurangan dan Pelanggaran Hukum

Bursa kripto raksasa Binance dan pendirinya, Changpeng Zhao, kembali berada di tengah-tengah badai hukum. Menurut sebuah gugatan yang dikutip oleh CNBC Internasional pada Selasa, 12 November 2024, Alameda Research dilaporkan telah bangkrut pada saat transaksi pembelian kembali saham dari Binance dan tidak memiliki dana yang cukup untuk mendanai transaksi tersebut. Klaim ini menambah ketegangan dalam industri kripto yang sudah penuh gejolak, menyoroti masalah keuangan dan manajemen risiko dalam operasi yang saling terkait antara Binance dan FTX.

Dalam pembelaannya, Binance tegas membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa klaim dari FTX adalah tidak berdasar. Namun, ini bukan satu-satunya masalah hukum yang menghantui Zhao dan bursa kripto yang ia dirikan. Zhao juga menghadapi tuduhan serius yang berkaitan dengan pelanggaran UU Kerahasiaan Bank di Amerika Serikat, khususnya berkaitan dengan kegagalannya dalam menjalankan program anti pencucian uang yang efektif dan melanggar sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh AS.

Tuduhan ini bukan hanya meningkatkan skrutini terhadap operasi Binance tetapi juga menarik perhatian terhadap standar kepatuhan dan transparansi di sektor kripto secara umum. Industri kripto, yang sering kali dipuji karena potensinya untuk menyediakan alternatif finansial yang terdesentralisasi dan terbuka, kini semakin sering diperiksa oleh regulator dan pengamat pasar keuangan karena dugaan praktik yang meragukan dan potensi risiko keuangan.

Masalah hukum yang dihadapi oleh Zhao dan Binance ini menambah kompleksitas dalam navigasi regulasi dan operasional untuk seluruh industri. Ini menunjukkan pentingnya pengaturan yang kuat dan pengawasan yang lebih ketat dalam industri kripto untuk mencegah penyalahgunaan dan melindungi investor dari risiko yang tidak perlu.

Keputusan pengadilan terkait gugatan terbaru ini akan sangat ditunggu, karena hasilnya bisa memiliki implikasi jangka panjang tidak hanya bagi Binance dan FTX tetapi juga bagi regulasi pasar kripto global. Ini adalah momen kritis yang akan menentukan arah masa depan kepercayaan dan keamanan investor dalam teknologi blockchain dan aset kripto.

Kebangkrutan FTX: Kronologi Bencana Terbesar di Dunia Kripto

Dalam apa yang disebut sebagai salah satu kejatuhan terbesar dalam sejarah kripto, FTX, perusahaan yang pernah dihargai hingga US$32 miliar, mengalami kebangkrutan yang spektakuler. Pusat dari krisis ini adalah ketidakmampuan FTX untuk memenuhi permintaan penarikan dana oleh para nasabahnya, sebuah situasi yang cepat berubah menjadi krisis likuiditas dan kemudian kehancuran total.

Salah satu pendiri FTX, Sam Bankman-Fried, terlibat dalam skandal yang memperparah situasi. Dia dinyatakan bersalah atas tujuh tuduhan penipuan kriminal yang berkaitan langsung dengan kebangkrutan FTX dan pencurian dana nasabah. Kejadian ini tidak hanya menimbulkan kekacauan di pasar kripto tetapi juga memicu pemeriksaan yang ketat terhadap praktik operasional di dalam industri kripto secara luas.

Bankman-Fried, yang pernah dianggap sebagai wajah baru dan inovatif dari dunia keuangan digital, kini mendekam di penjara dengan hukuman 25 tahun. Ini menandai sebuah bab kelam dalam cerita kripto, di mana janji-janji inovasi dan revolusi finansial tiba-tiba tergantikan oleh narasi penipuan dan penyalahgunaan kepercayaan.

Kejatuhan FTX mengirim gelombang kejut melalui pasar global dan telah menyebabkan panggilan untuk peraturan yang lebih ketat di industri kripto. Kepercayaan investor telah terguncang, dan kisah ini telah menjadi peringatan keras tentang risiko yang terkait dengan platform perdagangan kripto yang tidak memiliki pengawasan yang memadai.

Pengalaman FTX adalah pelajaran penting bagi semua pelaku pasar, regulator, dan pengguna dalam ekosistem kripto. Hal ini menekankan pentingnya transparansi, kepatuhan regulasi, dan manajemen risiko yang lebih baik untuk mencegah peristiwa serupa di masa depan. Selain itu, ini juga mengajarkan pentingnya melakukan due diligence yang menyeluruh sebelum berinvestasi dalam aset digital, tidak peduli seberapa menjanjikannya mereka tampak di permukaan.

 

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *